Saturday, October 20, 2007

Mereka yang Membuat Perusahaan Maju dan Berkembang

Beberapa waktu yang lalu warta ekonomi membeitakan mengenai sepak terjang dan peringkat CEO yang terbaik di Indonesia .
Berikut Petikannya secara utuh yang telah kami kliping.

Jum'at, 19 Oktober 2007 00:00 WIB - warta ekonomi.com


Profil CEO Idaman 2007

Peringkat 1

Michael D. Ruslim, Presdir PT Astra International Tbk.

Untuk tahun ini, sebanyak 59,43% responden memilih Michael kembali menduduki peringkat pertama CEO Idaman 2007. Alasan utama mereka, Michael mampu mempertahankan eksistensi Astra, berkinerja baik, dan men-drive Astra maju di berbagai sektor (32%). Ekspansi Astra di sektor perbankan dan infrastruktur menjadi bukti kepiawaian Michael dalam mencermati peluang bisnis.

Perhatian Michael terhadap kesejahteraan karyawan dan sikapnya yang terbuka juga diakui responden sebagai kelebihan Michael (16%). Responden juga memberikan apresiasi yang tinggi atas keberhasilan Michael memimpin perusahaan sehingga dikenal baik di dalam maupun di luar negeri (12%). Michael sendiri menganggap kepemimpinannya di Astra banyak ditopang oleh kuatnya corporate culture Astra.
###

#2

Agus D.W. Martowardojo, Dirut PT Bank Mandiri Tbk.

Pada survei CEO Idaman dua tahun lalu, nama Agus berada di peringkat ke-9. Kemudian, tahun lalu pria kelahiran Amsterdam, 24 Januari 1956 ini naik ke peringkat ke-6. Kini, Agus menempati peringkat ke-2. Ada 39,15% responden yang memilih Agus sebagai CEO Idaman. Di antara mereka, 42,55% beralasan Agus berhasil membuat kinerja Bank Mandiri jauh lebih baik. Strategi bisnis Agus juga dinilai bagus dan inovatif (14,9%). Kepemimpinannya yang kuat, cerdas, bervisi jelas, fokus, dan bersih dari skandal pun menjadi alasan responden memilih ketua dewan penasihat Perbanas ini sebagai CEO Idaman.
###

#3

Rinaldi Firmansyah, Dirut PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.

Saya Selalu Berpikiran Positif

Menjadi CEO PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. adalah pertaruhan karier bagi pria kelahiran Tanjung Pinang, 10 Juni 1960 ini. Apalagi, pada masa kepemimpinannya, gejolak internal pun mencuat. Pehobi basket dan pencak silat ini lalu membuat langkah-langkah konsolidasi. Hasilnya, gejolak itu teratasi. Kepada Fadjar Adrianto dan Houtmand P. Saragih dari Warta Ekonomi, Rabu (12/9) lalu, di ruang kerjanya, Rinaldi panjang lebar mengemukakan strateginya memimpin Telkom. Petikannya:

Apa tanggapan Anda mengenai hasil survei Warta Ekonomi?

Well... saya merasa surprise! Ini suatu kebanggaan, sekaligus tantangan. Ternyata banyak orang yang memperhatikan dan saya sama sekali tidak expect kalau ada survei mengenai CEO. Saya hanya berpikir bekerja sebaik mungkin untuk perusahaan. Ini bisa dipakai sebagai feedback untuk memperbaiki kinerja.

Bagaimana rasanya menjadi CEO Telkom?

Berat. Telkom adalah perusahaan dengan kinerja baik. Mempertahankan kinerja itu bukan pekerjaan gampang. Berbeda kalau menjadi CEO dari perusahaan rugi. Ditangani tetap rugi, orang maklum. Namun, kalau bisa untung, akan jadi prestasi besar. Kompetisi di industri telekomunikasi kian ketat. Istilah populernya, memasuki era red ocean. Telkom harus mencari blue ocean. Telkom harus menciptakan layanan-layanan baru guna meningkatkan kinerja.

Anda menjadi CEO Telkom di tengah suasana internal yang bergejolak. Bagaimana mengatasinya?

Pertama, saya berasumsi pada dasarnya semua orang baik. Jadi, saya selalu berpikiran positif, tak ada personal negative feeling. Kedua, melakukan komunikasi yang efektif dengan orang-orang terdekat, terutama jajaran direksi dan vice president. Ketiga, memberi trust. Keempat, attitude diri sendiri harus diperhatikan. Kelima, menciptakan tim manajemen dan jajaran komisaris yang solid. Itulah yang bisa membantu mengatasi persoalan tersebut.

Adakah gaya kepemimpinan Anda terinspirasi dari CEO-CEO dunia, seperti Jack Welch dan Steve Jobs?

Saya membaca biografi Michael Eisner, mantan CEO Disney, The Elephant Can Dance. Sewaktu Eisner datang ke Disney, tak banyak yang tahu kalau dia CEO-nya. Namun, tak satu pun CEO yang besar pengaruhnya bagi saya. Justru saya banyak belajar dari olahraga. Prinsip sportivitas banyak memengaruhi saya. Kalau menang tidak berlebihan, kalau kalah harus terima. Selain itu, pengalaman pribadi juga memberikan kontribusi. Kalau ditanya gaya kepemimpinan, saya tidak bisa menjawab. Waktu yang membuktikan.

Bagaimana rasanya memimpin 25.000 orang karyawan?

Saya beruntung memimpin perusahaan yang bergerak di infokom. Banyak media bisa digunakan untuk menyampaikan pesan. Ada website/portal perusahaan, TV internal bernama Indonet, buletin internal yang namanya Patriot, fasilitas video conference, dan SMS yang tiap minggunya selalu mem-broadcast Pesan CEO. Selain itu, secara berkala saya melakukan kunjungan ke daerah-daerah.

Serikat Pekerja (SP) Telkom getol mengartikulasikan kepentingannya kepada publik. Bagaimana Anda menghadapinya?

Tugas CEO tak hanya menjalin komunikasi dengan manajemen, tetapi juga dengan karyawan dan SP. Kami selalu mengajak dialog terbuka dan trust each other. Dalam teori manajemen, yang terpenting Anda harus berada dalam perahu dengan orang-orang yang benar dan punya visi sama. Kalau sudah sama, mau ke mana pun lebih gampang.

Selama tujuh bulan memimpin Telkom, apa persoalan terberat yang Anda hadapi?

Proses konsolidasi internal. Lalu, yang menjadi tantangan tersendiri adalah migrasi layanan Flexi dari frekuensi 1.900 MHz ke 800 MHz di DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Sempat mengalami kebuntuan?

Sempat. Hal semacam itu pasti akan selalu ada.

Mengatasinya?

Salat, berdoa, dan kontemplasi.

Sering sharing?

Kalau dengan jajaran direksi, saya terbuka membicarakannya. Dalam buku The Toyota Way, salah satu bahasannya mengenai lining production system. Kunci sukses Toyota adalah membagi beban sama rata. Tugas CEO, selain memimpin dan membimbing, kalau ada beban juga harus di-share. Kadang tidak harus dengan direksi, tetapi bisa juga yang bukan direksi.

Apa saja breakthrough yang sudah Anda lakukan?

Seharusnya yang menilai bukan saya. Ada beberapa hal yang saya lakukan, tetapi belum bisa disebut breakthrough. Pertama, kami sinergikan Telkom dengan anak-anak perusahaan agar jauh lebih kuat. Kedua, mengubah paradigma berpikir tentang pengelolaan SDM. Ketiga, memberikan strategic roadmap dan merumuskan implementasinya ke depan.

Benarkah seorang CEO andal harus berani melakukan breakthrough?

Paling tidak, berani membuat keputusan.

Soal rencana Telkom go international, akankah Anda realisasikan?

Insya Allah. Kami sudah mulai. Mei lalu kami bentuk anak usaha bernama Telkom International yang bergerak dalam wholesales business untuk internasional. Ini cikal bakalnya. Kami ingin go international secara bertahap. Namun, go international bukan prioritas. Mengapa banyak operator telekomunikasi luar masuk Indonesia? Sebab, potensi pasar kita masih besar. Malaysia teledensitasnya 70%. Indonesia masih 35%.

Apakah perusahaan sebesar Telkom masih perlu breakthrough? Mengapa tidak running business as usual?

Telkom memang perusahaan besar, dan yang paling diperlukan adalah stabilitas. Namun, maksudnya breakthrough adalah memasuki wilayah baru bagi perusahaan. Misalnya, GE besar bukan karena usaha engineering-nya, melainkan lantaran masuk sektor finansial. Bisnis telekomunikasi berubah cepat. Kami berusaha leading the change. Lima tahun lalu kami tidak tahu teknologi 3G, kini sudah 3,5G dan 4G. Telkom sudah telanjur besar. Jadi, yang harus kami lakukan adalah bagaimana menjaga return kepada shareholder.

Memimpin BUMN sarat dengan tekanan politis. Bagaimana Anda menyikapinya?

Enjoy saja! Seharusnya kompensasi CEO BUMN lebih tinggi dibanding CEO swasta... hahaha. Kalau di swasta, yang dipikirkan hanya bisnis, tetapi di BUMN ada konstituen yang harus ikut dipikirkan.

Apa kebijakan investasi Anda?

Dari portofolio Telkom, investasinya diprioritaskan di selular. Kedua, memajukan broadband. Fixed line juga kami pertahankan, nantinya ke arah triple play yang tidak cuma suara, tetapi juga data dan gambar. Untuk menjaga pertumbuhan Telkom, kami juga membuat policy pertumbuhan unorganic. Artinya, kami akan melakukan akuisisi. Itulah sebabnya kami membuat divisi strategic investment.

Ada kewajiban setoran dividen kepada negara. Apakah bisa menyeimbangkan dengan kebutuhan pengembangan Telkom?

Bisa. Dividend policy itu adalah bagian dari capital management. Di samping setoran dividen yang tidak mengorbankan investasi, Telkom mungkin satu-satunya yang melakukan buy back saham-sahamnya. Ini akan meningkatkan shareholder value. Earning per share-nya meningkat, baik bagi pemegang saham maupun pemerintah. Itulah salah satu bentuk meningkatkan return pada pemegang saham.

Telkom diharapkan bisa masuk dalam Fortune 500. Bisakah direalisasikan?

Perusahaan yang masuk dalam Fortune 500 bukan berdasarkan kapitalisasi pasar, melainkan revenue. Majalah Forbes edisi 17 September 2007 memuat “Fabulous 50 Company: The Best Public Company”, dan dari Indonesia yang masuk hanya Telkom.
###

#4

Emirsyah Satar, President & CEO PT Garuda Indonesia

Terbang Tinggi Bersama Garuda

Isu safety seakan menampar Garuda Indonesia. Rabu (7/3) pagi, pesawat Garuda GA200 terbakar habis sesaat setelah mengalami fast-hard landing di Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta. Ada 21 penumpang meninggal, termasuk beberapa jurnalis asal Negeri Kanguru yang sedianya akan meliput kegiatan Menlu Australia Alexander Downer, siang harinya. Banyak yang terhenyak mengingat Garuda adalah satu-satunya maskapai yang dianggap paling aman di negeri ini. Dalam lima tahun terakhir, Garuda “hanya” mengalami satu kali kecelakaan fatal—sebuah prestasi tersendiri untuk ukuran Indonesia.

Emirsyah Satar, president & CEO PT Garuda Indonesia, tak mau gegabah memberi komentar. Menurut Emir, aspek safety dalam dunia transportasi selalu melibatkan tiga pihak: regulator, operator, dan penumpang. Ia tak ingin jika operator, dan pilot, selalu dalam posisi yang salah ketika terjadi kecelakaan pesawat. Meski masih terlilit utang US$750 juta, yang membuat perusahaan harus menyisihkan US$72 juta per tahun untuk membayar utang, Garuda tetap berinvestasi untuk peralatan safety. Salah satunya, sebagai konsekuensi peristiwa 9/11, tiap maskapai yang memiliki rute internasional harus memiliki pintu kokpit tahan peluru (bullet-proof cockpit door) seharga US$350.000 per unit. “Satu pintu seharga sedan Porsche,” cetus Emir.

Latar belakang sebagai bankir mempermudah Emir bekerja di industri mana pun, termasuk penerbangan. Pria kelahiran Jakarta, 28 Juni 1959 ini memulai kariernya sebagai auditor di Pricewaterhouse Coopers, lalu menduduki berbagai jabatan strategis di sejumlah bank dan lembaga keuangan. Pada 1998 hingga 2003 ia sempat menjadi direktur keuangan PT Garuda Indonesia, sebelum pindah ke PT Bank Danamon Tbk. selama dua tahun, dan kembali lagi ke Garuda pada 2005 sebagai pucuk pimpinan.

Di mata responden survei CEO Idaman 2007, Emirsyah Satar dinilai mampu mengelola perusahaan sekaliber Garuda dengan baik (31,25%). Selain itu, kesediaannya menerima jabatan CEO Garuda, kala ia masih menjabat deputy CEO Bank Danamon, dinilai responden sebagai sikap yang profesional (25%) dan mampu membawa perusahaan ke arah yang lebih jelas dan baik (12,5%).

Untuk menyelamatkan Garuda, Emir membaginya dalam tiga tahap. Pertama, tahap penyelamatan (survival) yang berdurasi dua tahun dan bertujuan meminimalisasi kerugian. Pada semester I 2007 Garuda mencatat laba Rp148 miliar. Padahal, tahun sebelumnya masih merugi Rp361 miliar. Misi pertama tercapai. Misi kedua, tahap turn around pada 2008–2009. Di masa ini, perusahaan fokus dalam peningkatan pelayanan, efisiensi, dan daya saing. Ketiga, tahap pertumbuhan pada 2010. Pada tahap itu Garuda siap untuk melakukan IPO. “Setelah perusahaan sehat, baru kami tawarkan ke publik,” tutur Emir.
***
# 5

Eduardus Paulus Supit, Presdir PT Astra Otoparts Tbk.

Visinya Tajam

Masuknya Eduardus Paulus Supit dalam daftar CEO Idaman 2007 tidak mengejutkan. Tahun lalu, alumnus ITB ini juga masuk sepuluh besar. Waktu itu ia masih presdir PT Asuransi Astra Buana (Garda Oto). Ini artinya, walau pindah perusahaan, ternyata pamor dan ketenarannya tak berkurang, bahkan naik. Lihat saja, kalau pada 2006 dia berada di peringkat ke-9, tahun ini naik ke peringkat ke-5. Edi Supit, begitu dia biasa disapa di lingkungan Grup Astra, dipilih oleh 36,63% responden.

Naiknya peringkat ini boleh jadi karena keberhasilan Edi Supit mengembangkan Garda Oto. Lihat saja, selama delapan tahun kepemimpinannya, Garda Oto tumbuh menjadi perusahaan asuransi yang disegani. Selain produknya lengkap, asuransi ini dikenal memiliki layanan yang prima. Dari sisi kinerja juga memuaskan. Selama 2006 pendapatan preminya mencapai Rp996 miliar, tumbuh 13% dibandingkan tahun 2005. Peningkatan ini membuat laba bersihnya melonjak 20% menjadi Rp281,8 miliar pada 2006.

Pengalaman Edi Supit dalam memimpin perusahaan memang tak diragukan. Sebelum di Garda Oto, eksekutif yang dikenal kalem ini sempat menjadi direktur pengelola PT Astra Nissan Diesel Indonesia. Pada saat yang sama, dia juga menjabat chief executive of Astra International Nissan Diesel Sales Operation dan direktur pengelola Nanning Summit Motors Ltd. di Cina.

Hasil survei Warta Ekonomi tentang CEO Idaman 2007 menyajikan temuan menarik. Tahun lalu Edi Supit terpilih karena dianggap dapat membawa perusahaannya menjadi besar dengan visi-misinya yang tajam. Hal itu dibuktikannya lewat berbagai inovasi produk dan layanan Garda Oto.

Nah, tahun ini ternyata alasan responden masih mirip. Sebanyak 34% responden menilai Edi Supit mampu membawa perusahaan ke arah yang lebih maju. Bisnisnya berkembang dan kinerjanya memuaskan. Selanjutnya, 14% responden melihat dari sisi mutu layanan. Mereka menilai Edi Supit sukses membawa perusahaan untuk bisa memberikan layanan konsumen yang memuaskan pelanggan. Hal ini kemudian diperkuat oleh alasan 21% responden yang menganggapnya memiliki strategi pemasaran yang baik. Menurut mereka, Edi Supit cukup berhasil menerapkan manajemen promosi dan pengembangan merek. Hal ini bisa dilihat dari minat konsumen terhadap produk mereka.

Kini, Edi Supit memang menghadapi tantangan yang agak berbeda. Kalau di Garda Oto berhadapan dengan pasar ritel, di Astra Otoparts konsumennya lebih banyak perusahaan. Jadi, kepiawaiannya benar-benar diuji, mengingat Astra Otoparts kini tengah berlari kencang. Selain kerap mengakuisisi perusahaan-perusahaan penghasil komponen kendaraan, mereka belakangan berekspansi ke Vietnam dengan membuat pabrik komponen berskala kecil, bermitra dengan pengusaha lokal.
***

# 6

Hilmi Panigoro, CEO PT Medco Energi Internasional Tbk.

Bukan di Bawah Bayang-Bayang Sang Kakak

Sofjan Wanandi menyebut Keluarga Panigoro sebagai salah satu newcomers di jajaran Money Makers of the Year 2007. Memang, PT Medco Energi Internasional Tbk. (Medco Energi) bak mendapat durian runtuh akibat naiknya harga minyak dunia, yang pada 19 September 2007 menembus angka US$82,5 per barel. Tak ayal, keuntungan Medco Energi pada 2007 ini bakal melonjak.

Apalagi, baru-baru ini Medco sukses menemukan sumur minyak baru di Libia. Dari empat sumur, tiga di antaranya merupakan sumur discovery, dengan kapasitas produksi 10.000 barel per hari per sumur. Sumur Libia ditambang pada September 2007.

Grup Medco identik dengan sang pendiri, Arifin Panigoro. Meski begitu, kini sehari-hari Grup Medco dikendalikan oleh Hilmi Panigoro, yang juga CEO Medco Energi. Hilmi membantah jika faktor keluargalah yang membuatnya dipercaya menjadi CEO Grup Medco. Sebab, meski dia adik Arifin Panigoro, Hilmi adalah seorang profesional yang kompeten. Sebelum diminta mengelola Grup Medco, selama 15 tahun Hilmi bekerja di perusahaan migas asal AS, Huffco/VICO. Jabatan terakhir Hilmi pada 1981 pun terbilang tinggi, vice president and director of Business Process Reengineering.

Menurut survei Warta Ekonomi, Hilmi menempati peringkat ke-6 CEO Idaman 2007. Responden memilih Hilmi karena dianggap mampu mengelola Medco Energi dan memperbesar keuntungan perusahaan (35%). Sampai dengan kuartal I 2007, Medco Energi membukukan laba bersih US$15,8 juta, atau tumbuh 17% dibandingkan tahun lalu.

Alasan lainnya, 16% responden menganggap Hilmi adalah sosok CEO yang cerdas, namun rendah hati. Sejatinya, Hilmi memang penyandang gelar MBA dari Thunderbird University, Arizona, AS, tahun 1984. Ia juga meraih gelar Master of Science dari Colorado School of Mines, AS, tahun 1989.

Responden juga menilai Hilmi sebagai CEO yang berwawasan jauh ke depan alias visioner (12%). Hilmi, yang aktif di Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), memandang natural based resources business merupakan keunggulan komparatif dan kompetitif Indonesia. “Itu sebabnya business roadmap Medco berkonsentrasi ke sana,” ujar Hilmi. Ia juga tak gentar menjajaki pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia. “Memang, tantangan utama dan paling berat adalah bagaimana mendapatkan dukungan publik,” paparnya. Namun, Hilmi mempertanyakan, sampai berapa lama pasokan listrik di Jawa akan mencukupi permintaan jika tanpa nuklir? “Di Perancis, 80% listriknya itu dari nuklir,” tambahnya, membandingkan. HP, demikian penggemar musik klasik ini akrab disapa karyawannya, selalu menekankan tiga prioritas Medco Energi: memperluas eksplorasi, meningkatkan produktivitas lapangan yang sudah ada, dan memperketat balancing portfolio Medco Energi.

###

#7

Purnomo Prawiro, Presdir Grup Blue Bird

Pak Pur, panggilan akrab Purnomo Prawiro, sebenarnya adalah seorang dokter. Ia lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1974. Bungsu dari tiga bersaudara ini pernah cukup lama menjadi pegawai Departemen Kesehatan. Bahkan, ia sempat menjadi kepala Rumah Sakit Karya Bhakti, Bogor. Namun, pria kelahiran Surabaya, 18 Oktober 1947 ini kemudian meninggalkan status pegawai negerinya dan lebih memilih membesarkan bisnis taksi Blue Bird yang dirintis oleh ibunya.

Di tangan Purnomo, bisnis taksi Blue Bird berkembang pesat hingga menjadi operator taksi terbesar di Indonesia. Ujar Purnomo, dirinya hanyalah menyiram bibit bisnis yang ditanam ibunya untuk menjadi besar. Kesuksesan Purnomo sebagai pengusaha taksi ini kemudian dilirik Ernst&Young Indonesia yang memberinya penghargaan sebagai Service Entrepreneur of the Year 2002.

Dalam survei CEO Idaman 2007, nama Pak Pur juga memperoleh tempat terhormat. Sebanyak 34,33% responden memilih pehobi berenang ini sebagai CEO idaman mereka. Alasan utama mereka, Purnomo memiliki visi dan misi yang jelas, sehingga mampu membawa perusahaan ke arah yang lebih baik (28%). Bendahara Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia ini juga dianggap mampu mengelola Grup Blue Bird dengan baik dan bisa memberi image yang bagus bagi Grup Blue Bird. Selain itu, ketua Majelis Wali Amanat UI ini dinilai tetap low profile (16%), meskipun sudah sering mendapat penghargaan.

###

#8

Soebronto Laras, Presdir PT Indomobil Suzuki International

Jagoan Membesarkan Brand

Tahun 1984 Suzuki menguasai pangsa pasar otomotif terbesar di Indonesia. Prestasi ini membuat Soebronto Laras, kala itu presdir PT Indomobil Suzuki International, memboyong seluruh pimpinan dealer mengunjungi pabrik Suzuki di Jepang. “Ada 250 orang yang diajak ke Jepang. Ini termasuk langkah fenomenal yang diambil Soebronto,” kisah Freddy Sutrisno, sekjen Gabungan Kendaraan Bermotor Indonesia (Gakindo), Jumat (21/9) lalu.

Freddy, yang mengenal Soebronto sejak bergabung di Suzuki pada 1981, tak ragu dengan kepiawaian Soebronto dalam memimpin. Itu tercermin dari survei CEO Idaman 2007 yang menempatkan Soebronto pada peringkat ke-8. Responden beralasan, Soebronto berhasil menjaga perusahaan tetap eksis, sarat pengalaman, berpengetahuan luas, cerdas, memiliki leadership yang baik, karismatik, konsisten dalam pekerjaan, perhatian kepada karyawan, dan berjiwa sosial.

Dibesarkan oleh seorang importir mobil membuat Soebronto sejak kecil akrab dengan dunia otomotif. Setamat SMA, pria kelahiran Jakarta, 5 Oktober 1943 ini melanjutkan studinya ke Paisley College for Technology, Inggris, pada 1965. Ia mengambil jurusan rekayasa mesin. Pada waktu bersamaan, ia juga menempuh studi di Hendon College for Business Management, Inggris.

Kembali ke Tanah Air pada 1972, ia langsung dipercaya menduduki jabatan direktur di PT Saphira Pillar Motor hingga 1974. Lalu ia melanjutkan kariernya sebagai direktur di PT First Chemical Industry yang bergerak dalam bidang formika, alat-alat plastik, dan perakitan kalkulator, serta dirut di PT Indohero Steel Engineering & Co.

Pada 1984 Soebronto menjabat sebagai dirut PT National Motors Co. dan PT Unicor Prima Motor, perakit mobil Mazda, Hino, dan sepeda motor Binter, serta presdir PT Indomobil Niaga International. Semenjak 1985, sejumlah jabatan penting di berbagai perusahaan besar juga diembannya.

“Keunggulan Soebronto terletak pada kemampuannya membesarkan brand kendaraan dari perusahaan yang dipimpinnya,” ujar Freddy. Kemampuan inilah yang membawa setiap perusahaan yang dipimpinnya tetap eksis. Meski begitu, Soebronto tidak lupa diri. Menurut Freddy, di tengah aktivitasnya yang padat, Soebronto senantiasa memperhatikan karyawannya. “Dia pasti menyempatkan diri untuk menghadiri pernikahan atau inisiasi anak-anak karyawan, walaupun itu di kampung-kampung sekalipun,” papar Freddy.

Di samping sibuk berbisnis, Soebronto juga aktif dalam sejumlah asosiasi, seperti Kadin Indonesia, Gakindo, PAASMI, dan IMI. “Selain sebagai pengamat otomotif, dia juga seorang olahragawan yang masih bugar meski usianya sudah menginjak 64 tahun,” tutur Freddy. Soebronto memang gemar berolahraga tenis, joging, renang, reli, dan badminton.

###

# 9

Betti S. Alisjahbana, Presdir PT IBM Indonesia

Betti adalah satu dari dua wanita, selain Mooryati Soedibyo, yang masuk 10 besar CEO Idaman 2007 lantaran dipilih oleh 28,29% responden. Ada dua alasan utama responden. Pertama, Betti dinilai mampu memimpin dan mengelola perusahaan sebesar IBM. Kedua, Betti bisa mengembangkan bisnis IBM di Indonesia, mampu membuat produk-produk IBM dikenal dan diminati masyarakat. Responden juga kagum kepada perempuan kelahiran 2 Agustus 1960 ini karena wawasannya yang luas, ulet, dan cerdas. Lulusan jurusan arsitektur ITB ini mengawali kariernya sebagai marketing trainee di IBM pada 1984. Kemudian kariernya terus menanjak sebagai marketing manager, general marketing, dan direktur sales & marketing di IBM, hingga akhirnya menjadi presdir sejak 1999.

###

# 10

Anindya Bakrie, CEO & President Director PT Bakrie Telecom Tbk.

The Prince Charming

Kisah bisnis Anindya bermula ketika ia mendirikan Capital Management Asia Pte. Ltd (CMA), perusahaan fund management, bersama teman-teman semasa SMA dan kuliah. Anak-anak muda itu memilih Singapura sebagai markas CMA. Lewat CMA, lulusan Northwestern University, Illinois, AS, ini menyebar informasi peluang bisnis di Indonesia. Belum genap setahun berdiri, perusahaan ini sudah menggaet klien dari sejumlah negara.

CMA masuk ke Indonesia dengan membeli 40% saham PT Cakrawala Andalas Televisi (ANTV), yang notabene milik keluarga Anindya, Januari 2002. Kendati demikian, secara operasional CMA tak punya hubungan dengan Grup Bakrie. Sebenarnya, pria yang akrab dipanggil Anin ini ingin melepaskan diri dari keterkaitan dengan sang ayah, Aburizal Bakrie, dan pamannya, Nirwan D. Bakrie. Kala itu, Anin didukung oleh Nalin Rathod, mantan CEO Grup Bakrie, yang dianggapnya sebagai guru. Namun, fakta berkata lain.

Anin, kala itu 27 tahun, mau menerima tanggung jawab besar memimpin ANTV yang terlilit utang Rp1,2 triliun, plus beban bunga Rp200 miliar. Untuk mengatasinya, ia melakukan skenario penyehatan, yakni restrukturisasi utang dan SDM, memperketat standard operating procedure, dan mempertajam target pasar ANTV. Ketika Star TV membeli 20% saham ANTV, citra stasiun itu kembali cemerlang dan rating-nya ikut melonjak. Bahkan, menurut ACNielsen, rating ANTV sempat melonjak dua kali lipat saat menayangkan kedatangan Presiden AS, George Bush, ke Indonesia, November 2006.

Di telekomunikasi, di bawah kepemimpinan Anin, PT Bakrie Telecom—dahulu Ratelindo—mempertajam fokus bisnis inti dengan mengembangkan teknologi CDMA. Peluncuran Esia terjadi menjelang penghujung 2003. Pada semester I 2007, pelanggan Esia sudah 2,2 juta—melonjak dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Tentu saja peningkatan ini berimbas pada pendapatan Bakrie Telecom. Per 30 Juni 2007, pendapatan bersih perseroan mencapai Rp493,2 miliar, naik 94% dibandingkan periode sebelumnya.

Anindya pernah bekerja sebagai analis finansial di Salomon Smith Barney Inc., New York, AS. Pada 1998 ia sempat terlibat kasus insider trading yang mengakibatkan seorang rekannya terkena hukuman kurungan. Meski demikian, sepulangnya ke Indonesia dan membayar denda US$40.000, Anindya meniti karier kembali dari Indonesia dan berhasil mendapat MBA di Universitas Stanford Graduate School of Business, Juni 2001. Di mata responden, pria ini patut menjadi CEO Idaman 2007 karena mampu mengemban kepercayaan saat masih muda (60%), di samping bisa membuat perusahaan berkembang pesat (20%), dan memiliki strategi bisnis yang baik (20%).

###


# 11

Trihatma K. Haliman, CEO Grup Agung Podomoro

Analis properti Panangian Simanungkalit menyebut Trihatma sebagai “begawan baru” properti Indonesia. Dilihat dari skala dan kapitalisasi propertinya, Trihatma adalah pengembang terbesar saat ini. Trihatma dikenal sangat agresif, pekerja keras, dan disiplin. Tepat waktu adalah bukti kedisiplinan Trihatma. Tiga keseimbangan hidup menjadi prinsipnya, yaitu waktu mencari uang, waktu beribadah, dan waktu berbagi dengan sesama.

Sebanyak 26,14% responden memilih Trihatma sebagai CEO idamannya. Alasan utamanya (30%), dia mampu mengelola perusahaannya menjadi lebih maju. Alasan berikutnya (20%), Trihatma dapat melihat peluang bisnis untuk memperluas pangsa pasar. Beberapa proyek properti prestisiusnya, di bawah bendera Agung Podomoro, adalah sejumlah apartemen dan perumahan mewah, seperti Thamrin Residences, Mediterania, The Peak, Central Park, Permata Hijau, dan Kelapa Gading.
###


# 12

Stanley S. Atmadja, Presdir PT Adira Dinamika Multifinance Tbk.

Ada tiga alasan utama responden menjagokan Stanley, yakni inovatif (24,14%), mampu membawa perusahaan lebih maju (24,14%), dan memiliki strategi pemasaran yang baik sehingga produk dan layanannya diminati masyarakat (20,69%). Kesukaan pada otomotif membuat pria kelahiran Jakarta, 24 Agustus 1956 ini berkarier tak jauh dari dunia mobil. Awal kariernya ditapakkan di PT Metro Sarana Motor, dealer resmi Astra, sebelum bergabung di Citicorp Leasing Indonesia. Pada 1991, Stanley turut mendirikan PT Adira Dinamika Multifinance, yang berkembang menjadi Grup Adira. Kelompok usaha ini memiliki 12.077 karyawan dan 11 anak usaha. Asetnya mencapai Rp11 triliun. Kini, 75% saham Adira Finance dikuasai Bank Danamon.

Pada akhir 2004, Stanley mengembangkan lebih jauh bisnis dealer mobil Grup Adira, yaitu Adira Mobil, yang ditandai dengan perubahan nama perusahaan menjadi ASCO Automotive. Ini singkatan dari Atmadja Stanley Corporation. ASCO terdiri dari empat perusahaan yang menangani penjualan empat merek mobil dan body repair. Ia juga menerbitkan Ascomaxx, free magazine yang khusus membahas otomotif.

###

#13

Harun Hajadi, Dirut PT Ciputra Surya Tbk.

Bersama istrinya, Juanita, Harun memimpin subholding Grup Ciputra yang mengelola proyek-proyek perumahan skala kota di dalam negeri, di antaranya, di Jakarta, Semarang, Bali, Medan, dan Manado. Salah satu master piece proyek propertinya adalah perumahan Citra Raya di Surabaya, yang dijuluki sebagai “The Singapore of Surabaya”. Harun mengaku konsep perumahan itu memang mengacu pada tata kota Singapura, ketimbang Eropa atau AS.

Sebanyak 25,81% responden memilih Harun sebagai CEO Idaman. Alasannya, Harun mampu mengelola perusahaan hingga maju pesat (38,09%). Mereka juga menilai Harun memiliki visi dalam melihat peluang bisnis (33,32%), serta berani dan inovatif (28,57%).

Pria 47 tahun ini mengawali kariernya dari bawah, yakni sebagai business development manager Grup Ciputra pada 1988. Dua tahun kemudian, ia sudah menduduki posisi managing director Grup Ciputra, direktur PT Ciputra Development Tbk., dan presiden direktur PT Ciputra Surya Tbk.
###

#14

Tony Chen, Presdir PT Microsoft Indonesia

Tony kerap disangka ekspatriat. Padahal, ayah tiga anak ini sebenarnya lahir di Medan, 40 tahun silam. Sebanyak 25,50% responden memilih Tony sebagai CEO Idaman 2007. Alasan mereka, Tony memiliki strategi bisnis yang baik, sehingga Microsoft tetap menjadi market leader di Indonesia (31,83%). Ia juga dikenal inovatif (22,73%) dan mampu mengelola perusahaan yang masuk dalam Fortune 500 (13,65%). Tony menjabat presdir PT Microsoft Indonesia sejak Mei 2003, setelah setahun menjabat direktur untuk Enterprise Sales and Partner Group Microsoft. Sebelumnya, Tony pernah singgah di Dun & Bradstreet, Singapura, dan PT Oracle Indonesia.

###

#15

Ari H. Soemarno, Dirut PT Pertamina

Pria kelahiran Yogyakarta, 14 Desember 1948 ini merupakan pejabat karier di Pertamina. Ia telah 30 tahun di sana. Di bawah kepemimpinannya, Pertamina mematok target menjadi pemain internasional pada 2018. Untuk itu, mereka gencar melakukan transformasi. Lulusan Studien Kolleg, Aachen University, Jerman, ini dipilih menjadi CEO Idaman oleh 25,1% responden. Alasan responden, karena ia bisa mengelola perusahaan besar dengan tingkat kesulitan yang tinggi (30%). Di samping itu, ia dianggap bijaksana (15%) dan disiplin (10%). Ke depan, tantangan Pertamina memang kian berat. Di sektor hilir, misalnya, dahulu Pertamina mendominasi bisnis SPBU. Kini, muncul pemain-pemain baru kelas dunia, seperti Petronas dan Shell yang juga mulai menggeluti bisnis yang sama.

###

#16

Maurits Daniel Rudolf Lalisang, Presdir PT Unilever Indonesia Tbk.

Maurits masuk dalam daftar CEO Idaman karena kemampuannya membawa perusahaan multinasional itu bertambah besar, maju, dan terkenal (35,89%). Selain itu, alumnus jurusan administrasi niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, ini dianggap memiliki strategi bisnis yang bagus, sehingga produk-produk Unilever diminati oleh masyarakat (20,51%). Tahun ini majalah BusinessWeek menempatkan Unilever Indonesia pada peringkat pertama Perusahaan Asia Terbaik 2007. Maurits memulai kariernya sebagai salesman yang keluar masuk pasar pada 1980, sebelum kemudian menjadi presdir pada 2004.
###

#17

Sudhamek A.W.S., CEO PT Garudafood Group

Pada 2005 Sudhamek diakui sebagai salah satu pengusaha terbaik dunia dalam ajang World Entrepreneur of the Year, bersama 34 pengusaha dari 32 negara lainnya. Itu karena pria kelahiran 20 Maret 1956 ini berhasil mengembangkan bisnis Garudafood, sehingga produknya, Kacang Garuda, menguasai 81% pangsa pasar kacang di Indonesia. Sudhamek terpilih sebagai CEO Idaman karena mampu membawa Garudafood bertambah besar, maju, dan terkenal (19,45%), inovatif (19,45%), serta memiliki strategi bisnis yang bagus, sehingga produknya diminati masyarakat, mampu bersaing dengan produk asing, dan meningkat penjualannya (19,44%).
###

#18

Sigit Pramono, Dirut PT Bank Negara Indonesia Tbk.

Pria murah senyum ini menjabat dirut BNI sejak 17 Desember 2003. Lulusan Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, dan program MBA bidang Manajemen Business International, Prasetiya Mulya, ini bak kutu loncat. Sebelum di BNI, Sigit menjabat presdir BII dan senior vice president Credit Recovery Bank Mandiri. Bak dokter, Sigit dikenal bertangan dingin menangani bank bermasalah. Ia bak montir bank-bank mogok. Tak heran jika 19,72% responden memilih penggemar fotografi ini sebagai CEO idamannya. Alasan mereka memilih Sigit beragam. Sebanyak 64% dari total responden yang memilihnya menganggap pria ini mampu membuat kinerja BNI menjadi lebih baik. Ia dipandang bisa menyelesaikan kasus pembobolan dana triliunan rupiah beberapa waktu lalu. Sigit juga dinilai memiliki visi yang jelas dan inovatif.

###

#19

Anthony Salim, President Director & CEO PT Indofood Sukses Makmur Tbk.

Putra pertama Sudono Salim ini sangat low profile. Anthony menjadi presdir Indofood sejak 2004, dan saat ini ia juga menjabat CEO Grup Salim dan chairman di First Pacific Group, Hong Kong. Anthony mengenyam pendidikan bisnis dari Ewell Country Technical College, London, Inggris. Dalam tiga tahun terakhir, pria berkacamata ini berhasil mengangkat kinerja Indofood. Pendapatannya meningkat dari Rp18,7 triliun (2005) menjadi Rp21,9 triliun pada 2006. Laba bersih Indofood juga melonjak dari Rp124 miliar menjadi Rp661,2 miliar. Berkat prestasinya itu, banyak responden memilihnya sebagai CEO Idaman 2007. Ia dianggap berhasil menjadikan perusahaan maju dan lebih besar. Anthony juga sosok yang bisa mengelola perusahaan dan karyawan. Alasan terakhir, dia inovatif. Tahun lalu, Anthony menempati peringkat ke-2 CEO Idaman.

###

#20

Djohan Emir Setijoso, Presdir PT Bank Central Asia Tbk.

Kendati sepi publikasi, Djohan disegani kalangan perbankan. Keberhasilan BCA selama ini tak lepas dari tangannya. Tahun lalu laba bersih BCA mencapai Rp4,2 triliun, naik 17,9% dibandingkan pada 2005. Djohan menjabat presdir BCA sejak akhir 1999. Sebelum di BCA, dia sempat menjadi direktur pengelola BRI dan komisaris utama Bank Inter Pacific. Lulusan IPB ini dipilih responden karena dianggap mampu membuat kinerja BCA makin baik. Sisi pribadi ternyata juga menjadi penilaian. Selain visinya jelas, Djohan dianggap memiliki karakter dan perilaku yang baik.

###

#21

Hasnul Suhaimi, Presdir PT Excelcomindo Pratama Tbk.

Pria kelahiran Bukittinggi, 23 April 1957 ini dipilih menjadi CEO Idaman dengan empat alasan utama: brilian (25%), dipercaya membawa perusahaan di usianya yang masih muda (25%), mampu membawa perusahaannya menjadi lebih maju (25%), dan mempunyai reputasi yang bagus (25%). Hasnul menjadi presdir XL sejak September 2006. Ia pernah menduduki berbagai jabatan senior di PT Indosat Multi Media Mobile (IM3), PT Telkomsel, dan PT Indosel, anak perusahaan Indosat. Sejak 2002 Hasnul dipercaya menjabat dirut PT Indosat Tbk. sampai 2006. Sebagai batu loncatannya sebelum pindah ke XL, lulusan University of Hawaii ini sempat menjadi business advisor untuk Telekom Malaysia International Sdn. Bhd. sejak Juli 2006.
###

#22

Irfan Setiaputra, Managing Director PT Cisco Systems Indonesia

Mayoritas responden memilih Irfan Setiaputra sebagai salah satu CEO Idaman 2007 dengan alasan sarjana teknik informatika ITB ini berhasil membawa Cisco Systems Indonesia menjadi perusahaan yang lebih berkembang (16,67%). Selain itu, Irfan dikenal sebagai CEO yang low profile (16,67%) dan memiliki performance yang bagus (16,66%). Pria kelahiran 24 Oktober 1964 ini memiliki pengalaman lebih dari 17 tahun di industri telekomunikasi dan TI di Indonesia. Sebelum bergabung dengan Cisco, Irfan adalah direktur pengelola Linknet Internet Access Broadband Services Business Group di Across Asia Multimedia. Pehobi sepak bola dan nge-blog ini juga sempat berkarier di PT IBM Indonesia dengan prestasi konsisten sebagai top sales performer.
###

#23

BRA Mooryati Soedibyo, Presdir PT Mustika Ratu Tbk.

Responden memilih cucu Sri Susuhunan Paku Buwono X dari Keraton Surakarta ini sebagai CEO Idaman dengan beragam alasan. Sebanyak 26,09% responden memilihnya karena ia berhasil membuat produknya diminati masyarakat dan mampu bersaing dengan produk asing serta membuat perusahaannya terkenal. Mooryati yang baru saja meraih gelar doktor dari Universitas Indonesia ini juga dinilai sebagai sosok yang berjiwa sosial (13,05%), serta berwawasan luas dan terbuka (13,05%).

Perjalanan karier Mooryati diawali pada 1973. Bermula dari hobi minum jamu, akhirnya dikembangkannya sebagai usaha. Ramuan jamu resep Keraton Surakarta, yang semula diberikan kepada teman-temannya, akhirnya berubah menjadi bisnis. Produknya diekspor ke 20-an negara, seperti Rusia, Belanda, Jepang, Afrika Selatan, Timur Tengah, dan negara tetangga, seperti Malaysia dan Brunei. Kini, produk jamunya berkembang menjadi 800 item, mulai dari yang untuk balita, umum, super, hingga produk premium.
###
#24

Yungky Setiawan, Dirut PT Bank Mega Tbk.

Yungki terpilih menjadi CEO Idaman karena dianggap memiliki kinerja yang bagus, sehingga mampu membuat bank yang dipimpinnya menjadi lebih baik (33,34%). PT Bank Mega Tbk. awalnya merupakan bank keluarga yang berdiri pada 1969. Kemudian Grup Para mengambil alih bank ini melalui PT Para Global Investindo dan PT Para Rekan Investama pada 1996. Kala itu, saat banyak bank terkapar dan harus disuntik BLBI, Bank Mega masih berdiri tegar. Yungki juga terpilih menjadi CEO Idaman karena dikenal sebagai seorang pemimpin yang visioner (11,12%), dan mampu memotivasi karyawan untuk mencetak kinerja yang baik pula (11,12%).

###

#25

Armando Mahler, Presdir PT Freeport Indonesia

Armando menjadi presdir PT Freeport Indonesia sejak Juni 2006. Ia adalah insinyur pertambangan yang berkarier di Freeport selama 23 tahun dan telah menduduki berbagai posisi penting. Sebelumnya, Armando menjabat sebagai vice president sejak Februari 2002 hingga September 2004, dan executive vice president sejak September 2004 hingga Juni 2006 di Freeport. Ia dipilih sebagai CEO Idaman oleh responden karena dianggap mampu mengelola perusahaan multinasional (36,36%), memberi perhatian lebih terhadap kesejahteraan karyawan (27,27%), dan memiliki leadership yang baik (18,18%).

Di tangan Armando, Freeport berusaha memanfaatkan penggabungan antara keunggulan operasional dan inovasi teknologi yang membuatnya lebih maju, baik di penambangan terbuka, bawah tanah, maupun dalam pengolahan mineral. Dalam kepemimpinannya pula, perusahaan yang beroperasi di lahan dengan cadangan tembaga dan emas terbesar di dunia ini banyak meluncurkan program-program Corporate Social Responsibility.


Nah untuk CEO CEO lain pasti akan muncul di tahun 2008 siapa menyusul...?

No comments: