Thursday, March 20, 2008

Dapatkah Laju Inflasi ditekan sampai 1%

Koran Sindo memberitakan mengenai Rencana Pemerintah Menekan Laju Inflasi hingga 1%.
Berikut petikannya secara utuh.

JAKARTA (SINDO) – Pemerintah akan mengupayakan untuk menekan laju inflasi sebesar antara 0,8–1% selama tahun 2008.

Hal ini dilakukan sebagai strategi pemerintah untuk mencapai target inflasi sebesar 6,5% seperti diusulkan dalam rancangan APBN Perubahan 2008. ”Target ini (6,5%) sulit tercapai akibat adanya ancaman dari kenaikan harga-harga komoditas strategis di pasar internasional, kecuali pemerintah menyiasatinya seperti itu,” ujar Direktur Perencanaan Makro Bappenas Bambang Prijambodo di Jakarta kemarin.

Menurut Bambang, penekanan inflasi tersebut akan dilakukan pemerintah, terutama pada beberapa bulan yang terbukti mengalami laju kenaikan inflasi cukup tinggi sepanjang tahun. Bulan- bulan tersebut adalah Juli, Agustus, September, Oktober, dan Desember. ”Paling tidak, laju inflasi pada lima bulan ini dapat diturunkan rata-rata 0,2% di bawah angka inflasi yang terjadi,” kata dia.

Bambang menjelaskan, berdasarkan evaluasi pihaknya, potensi kenaikan inflasi lima bulan didorong lonjakan belanja kebutuhan pendidikandankebutuhanmenyambut atau memperingati hari besar keagamaan.Pada 2007 misalnya, inflasi bulanan (month to month/MtM) tertinggi terjadi pada Desember sebesar 1,1%, kemudian September 0,8%, Oktober 0,79%, Agustus 0,75%,dan Juli 0,71%. Di luar lima bulan ini,ungkap Bambang,laju inflasi biasanya sudah rendah. Pada 2007 contohnya, laju inflasi Maret mencapai 0,24%,April minus 0,16%, Mei 0,1%, dan Juni 0,23%.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pada Februari 2007 cukup tinggi yaitu 0,62%. ”Kalau inflasi April diturunkan lagi, sulit. Misalnya pada tahun lalu inflasi April minus 0,16%, jadi angkanya sudah minimal,” jelasnya. Di sisi lain, tambah Bambang, kestabilan inflasi juga sangat penting dalam menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Untuk itu, pihaknya meminta otoritas moneter (Bank Indonesia) bisa mengawal laju inflasi dengan menjaga suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 3 bulan lebih tinggi 1,5% dengan target rata-rata inflasi.

”BI setidaknya dapat mempertahankan SBI minimal 8% untuk menjaga target inflasi 6,5% sepanjang 2008. Jadi jarak inflasi dan SBI harus diatur, jangan sampai inflasi lebih tinggi dibandingkan SBI,”jelas dia. Kepala ekonom PT BNI Tbk Tony A Prasetyantono menilai sulit bagi pemerintah untuk menekan laju inflasi masing-masing 0,2% pada lima bulan rawan inflasi.
”Apa bisa, ya? Saya malah pesimistis itu,”ujar dia. Tony menjelaskan, perilaku masyarakat yang membelanjakan uangnya dalam jumlah besar ketika mendapat tunjangan di luar gaji, seperti gaji ke-13 dan tunjangan hari raya, menyebabkan laju inflasi sulit ditahan. ”Perilaku seperti ini juga susah dieliminasi,”kata dia. Menurut Tony, langkah yang perlu dilakukan pemerintah adalah dengan memperbaiki distribusi barang, terutama pada bulan puasa dan lebaran. Sebab, hampir sebagian besar penyebab inflasi nasional adalah terganggunya proses distribusi barang.
”Mungkin cara monetarist dari sisi moneter dengan menahan BI Rate tetap 8% akan efektif membantu menekan inflasi,”tambah dia. Sementara itu,kepala ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, peluang pemerintah menekan inflasi sulit dilakukan pada Juli dan Agustus. Pada dua bulan ini,biaya di sektor pendidikan biasanya meningkat signifikan.


”Kalau dampak lebaran dan bulan puasa (September) masih mungkin dilakukan bila pemerintah menjaga kelancaran suplai barang.Yang penting,Desember kenaikan harga beras yang signifikan seperti tahun lalu harus dicegah,”tambah dia. Sementara itu, ekonom Lippo Bank Winang Budoyo memprediksikan, sulit bagi pemerintah untuk menekan inflasi di bulan-bulan selama 2008.

Hal ini terjadi karena naiknya harga komoditas pangan dunia,sehingga pihaknya meyakini angka inflasi tahun 2008 akan mencapai 7%. ”Yang penting pemerintah harus jaga pasokan makanan supaya harga tetap terjaga. Pemerintah juga harus aktif mengintervensi pasar dengan operasi pasar,”ujar dia. (zaenal muttaqin)

Mari kita dukung upaya pemerintah ini dengan menekan tingkat konsumsi sekunder kita.

Pemerintah Jamin BBM Tak Naik

Informasi menarik di beritakan koran Sindo mengenai sesuatu yang sangat sensitif yaitu BBM.
Berikut petikannya secara komplit.

JAKARTA (SINDO) – Pemerintah menjamin tidak akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) kendati APBN 2008 tertekan akibat kenaikan harga minyak dunia.

Meneg PPN/Kepala Bappenas Paskah Suzetta mengatakan, untuk merumuskan opsi kenaikan harga BBM,pemerintah harus berunding dengan DPR. ”Presiden sudah menyampaikan bahwa kita tidak punya opsi untuk menaikkan harga BBM. Jangankan 0.00%, punya opsi saja kita tidak,”ujar dia di Jakarta kemarin. Namun,Paskah mengakui kenaikan harga minyak mentah dunia semakin memberatkan pemerintah, karena harus menanggung beban subsidi yang makin melonjak.

” Sementara pajak,profit dari minyak, dan dividen BUMN itu semua enggak bisa meng-cover kebutuhan subsidi yang besar,”kata dia. Di sisi lain, pemerintah akan mengurangi konsumsi BBM nasional sebagai konsekuensi tidak dinaikkannya harga BBM.Ini untuk meminimalisasi beban subsidi dalam APBN Perubahan 2008. ”Opsi kenaikan mungkin tidak,tapi konsumsi BBM akan dikurangi.Kami sedang mempersiapkan semua,” ujar dia. Selain itu,ungkap dia,pemerintah juga terus mempertimbangkan opsi kenaikan asumsi harga minyak dalam RAPBN Perubahan 2008.

Opsi asumsi itu adalah USD85 per barel, USD100 per barel, dan USD110 per barel. Sementara itu, kalangan pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) meminta pemerintah dan DPR tidak mengambil opsi menaikkan harga BBM. Dikhawatirkan, kenaikan harga akan memicu terjadinya kebangkrutan industri padat karya.

”Artinya, tingkat pengangguran juga akan meningkat tajam,” ujar Ketua Komite Tetap Moneter & Sistem Fiskal Kadin Bambang Soesatyo. Usulan senada disampaikan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Sandiaga S Uno.Menurut dia, pemerintah tidak perlu menempuh opsi menaikkan harga BBM untuk pengamanan APBN.

”Saya bahkan setuju 200%, bahwa itu tidak usah dinaikkan,”ujar dia. Di tempat terpisah,Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan bahwa pemerintah akan terus memantau perkembangan harga minyak dunia. Dia menegaskan, naiknya harga minyak dunia harus dilihat dari dua sisi, baik dari sisi penerimaannya maupun subsidinya. (zaenal muttaqin/ rarasati syarief)

Apakah ini khabar baik atau tidak tergantung kita menyikapinya.

Laju Ekonomi/Pertumbuhan Ekonomi dunia

Beberapa waktu yang lalu saya membaca berita di Bisnis Indonesia pada tanggal 31 Januari 2008 mengenai prediksi laju/pertumbuhan ekonomi dunia yang sangat mengkhawatirkan yang salah satu sumbernya adalah dari laporan IMF.

Berikut petikan secara lengkap liputan Bisnis Indonesia tersebut :

IMF kembali koreksi prediksi laju ekonomi dunia 2008Bisnis-Indonesia, 31 Januari 2008
JAKARTA: Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dari perkiraan awal 4,9% menjadi 4,1% menyusul sejumlah risiko terutama turbulensi di pasar keuangan dan perlemahan perekonomian AS.
Sementara itu, Departemen Perdagangan AS melaporkan penurunan pertumbuhan ekonomi kuartal IV/2007 mencapai level terendah selama 26 tahun terakhir.
IMF menyatakan tekanan di pasar keuangan makin menguat berawal dari sektor kredit subprime AS dan memicu kerugian neraca keuangan perbankan negara maju dan pelepasan dana di pasar ekuitas global mencerminkan ketidakpastian yang tinggi. Risiko yang menghadang negara maju itu diperkirakan akan merembet ke negara berkembang.
“Pertumbuhan negara berkembang yang menggantungkan pada arus investasi akan lebih terpukul, sementara momentum kuat di sisi permintaan domestik di beberapa negara berkembang berpotensi meningkat,” tulis IMF dalam laporan yang bertajuk World Economic Outlook Update, kemarin.
Risiko yang lain adalah tantangan pada kebijakan moneter yang dihadapkan pada situasi untuk menyeimbangkan risiko dari tekanan inflasi dan perlambatan aktivitas ekonomi. Namun, IMF juga memperkirakan kemungkinan perlemahan harga minyak mentah yang berpeluang memperlambat inflasi.
IMF tercatat telah dua kali merilis laporan WEO Update yang memuat prediksi pertumbuhan ekonomi dunia, yaitu pada April dan Oktober 2007. Dalam dua laporan sebelumnya, risiko perlambatan pertumbuhan dunia lebih disebabkan lonjakan harga minyak dunia dan krisis subprime mortgage. Lembaga multilateral itu belum memasukkan risiko terjadinya resesi di AS.
Pertumbuhan ekonomi AS kuartal IV/2007 kemarin dilaporkan turun pada level terendah dalam 26 tahun terakhir. Departemen Perdagangan AS menyatakan PDB negara itu hanya tumbuh 0,6%, anjlok dari posisi kuartal sebelumnya di level 4,9%.
Bunga The Fed
Federal Reserve kemungkinan menurunkan tingkat suku bunga untuk kedua kalinya dalam sembilan hari terakhir menjadi 3% dan mengindikasikan perekonomian masih dalam kondisi darurat.
Federal Open Market Committee (FOMC), yang mengakhiri dua hari pertemuannya kemarin, kemungkinan melanjutkan kebijakan darurat sebesar setengah poin dalam benchmark-nya, berdasarkan pendapat 48 dari 85 ekonom yang disurvei Bloomberg menjadi sekitar 3%.
Indeks Dow Jones hingga pukul 22.07 WIB melemah 43 poin pada awal perdagangan menjelang keputusan The Fed.
Di Jakarta, Kepala Investasi Pengelolaan Kekayaan Pribadi Deutsche Bank Chew Soon-Gek mengatakan laju inflasi dunia tahun ini masih terkendali khususnya di AS sebagai dampak dari pengaruh minimal dari gaji. Namun, dia memperkirakan harga makanan dan minyak akan tetap meningkat pada semester pertama dengan harga minyak rata-rata US$85 per barel. (nana.oktavia@bisnis. co.id/lutfi.zaenudin@bisnis.co.id)


Bila anda ingin mendapatkan informasi yang komplit dapat mengunjungi situs Bisnis Indonesia atau email kepada kontak personnya.
Nah Bagaimana pendapat anda...?