Thursday, January 31, 2008

Ekonomi Global Diprediksi Melambat

Inilah prediksi awal tahun yang membuat semua was was,Tempo Interaktif melaporkannya berikut petikannya secara utuh.

Koran-Tempo, 31 Januari 2008

TEMPO Interaktif, Jakarta:Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan melambat menjadi 4,1 persen. Angka ini turun dari estimasi sebelumnya 4,9 persen. Pelambatan, antara lain, dipengaruhi oleh turbulensi di sektor keuangan dan krisis kredit macet hipotek perumahan (subprime mortgage) yang menyebabkan kerugian besar beberapa bank papan atas.

Pertumbuhan ekonomi beberapa negara adidaya, seperti Amerika Serikat, juga diperkirakan akan melambat. Ekonomi di Negara Abang Sam ini ditaksir hanya akan tumbuh 1,5 persen pada 2008, turun dibanding tahun sebelumnya 2,2 persen. Dalam catatan yang dipublikasikan di situs resminya, IMF juga memperkirakan ekonomi Eropa tahun ini hanya akan tumbuh 1,3 persen, lebih rendah dibanding prediksi tahun sebelumnya 1,6 persen.

Hal yang sama terjadi di negara-negara Asia. Pertumbuhan ekonomi Jepang diperkirakan hanya 1,5 persen, turun 0,2 persen dari prediksi Oktober tahun lalu. Sementara itu, untuk India dan Cina–yang selama ini memiliki pertumbuhan ekonomi yang mengagumkan di kawasan Asia–juga diperkirakan bakal melambat. Ekonomi India tahun ini tumbuh 6,9 persen, turun dibanding 2007, yaitu 7,8 persen. Begitu pula dengan Cina, yang hanya akan tumbuh 10 persen, lebih rendah dibanding tahun lalu 11,4 persen.

Untuk negara berkembang, pertumbuhan rata-rata sebanyak 6,9 persen. Angka ini lebih rendah dibanding 2007, yaitu 7,8 persen. Menurut IMF, pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang, yang dipengaruhi oleh aliran modal dari luar, ada kemungkinan akan terkena imbasnya. Selain itu, sejumlah risiko lainnya diperkirakan meningkat.
Kebijakan moneter dihadapkan pada pilihan yang sulit, yaitu antara menekan inflasi dan pelambatan ekonomi.

Namun, proyeksi IMF sedikit berbeda dengan Deutsche Bank. Bank asal Jerman ini memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih dari 6,5 persen. Selain itu, pasar saham negara berkembang akan bergerak positif meski dibayangi oleh pelambatan ekonomi global. “Kebijakan bank sentral akan melonggar untuk mengantisipasi gejolak harga minyak, inflasi, dan masalah kredit perumahan. Yang paling diuntungkan adalah pasar saham,” kata Chief Investment Officer Deutsche Bank Asia Soon-Gek Chew di Jakarta kemarin.

Saat ini pasar saham negara berkembang memberikan keuntungan lebih tinggi dibanding negara maju. Pada 2007 Cina menempati peringkat pertama dengan 96,6 persen, diikuti oleh India 73,1 persen, dan Indonesia 54,1 persen. Sementara itu, tingkat pengembalian pasar saham Eropa hanya 14,4 persen, S&P’s 5,5 persen, dan Jepang minus 4,1 persen. “Investasi di pasar saham negara berkembang juga masih berpeluang besar mengingat real interest rate (suku bunga dikurangi inflasi) masih rendah, likuiditasnya tinggi, dan valuasinya menarik,” kata Soon-Gek.
Selain di pasar saham, Soon-Gek merekomendasikan agar investor global berinvestasi di bidang pertanian, emas, dan hedge fund. “Kami memiliki pandangan positif terhadap komoditas pertanian karena populasi dan pendapatan penduduk global akan meningkat, lahan pertanian mulai terbatas sehingga memicu permintaan protein,” katanya.


Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui pelambatan ekonomi pasti terjadi akibat resesi yang melanda Amerika Serikat. “Ya, memang resesi global sudah diperkirakan bakal terjadi,” kata Sri Mulyani seusai penandatanganan kerja sama pendanaan pembangkit listrik 10 ribu megawatt dengan Bank Ekspor Impor Cina di Departemen Keuangan kemarin.

l DEWI RINA AGUS SUPRIYANTO SORTA TOBING

Prediksi prediksi tersebut jangan lantas membuat kita malas justru mengupayakan supaya kita selamat dari badai masalah ekonomi tersebut.